“PENERAPAN METODE EKSPERIMEN,
SIMULASI, DAN PENEMUAN”
A. Metode
eksperimen
Pada umumnya
metode pembelajaran di sekolah cenderung bersifat Teacher Oriented yaitu
pembelajaran terhadap sekolah semakin berkembang pula, sebab fungsi sekolah
sejak dahulu telah dijadikan masyarakat sebagai “agent of change” dan “agent of
modernization”[1].
Hal demikian itu membawa implikasi tuntutan bagi guru untuk senantiasa
mengembangkan materi pengajaran dan metode mengajarnya agar dapat memenuhi
tuntutan masyarakat yang berkembang tersebut.
Pada suatu
penelitian ditemukan hasil bahwa aktivitas siswa di dalam proses belajar sangat
rendah. Hanya terdapat 3 hingga 4 orang siswa yang terlihat aktif di dalam
kelas. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
yang di sebabkan kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam
pembelajaran tersebut sehingga mengakibatkan kurangnya rasa ingin tahu siswa
tersebut terhdaap materi yang diajarkan. Untuk menggali rasa ingin tahu siswa,
salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menerapkan eksperimen dalam
kegiatan pembelajaran. Eksperimen tidak hanya mampu menumbuhkan rasa ingin tahu
siswa, tetapi juga mampu menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah sehingga
hasil dari eksperimen dapat diterima sebagai produk ilmiah sedangkan
langkah-langkah dalam pelaksanaannya sebagai proses ilmiah.
Metode
eksperimen merupakan suatu upaya melakukan kegiatan percobaan terhadap suatu
objek dengan demikian siswa akan menemukan sendiri konsep tentang percobaannya
sehingga mereka akan merasa puas dengan hasil yang mereka peroleh dari kegiatan
pembelajaran tersebut.
Ada
beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian dari metode eksperimen
tersebut. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah, Metode Eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak
didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan.[2]
Dengan demikian siswa mendapatkan kesempatan untuk melatih ketrampilan proses
agar memperoleh Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan hasil
belajar yang maksimal. Pengalaman yang diperoleh langsung dapat tertanam lebih
lama dalam ingatan siswa. Menurut Roestiyah, Metode eksperimen adalah suatu
cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal,
mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil
pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.[3]
Sedangkan menurut Schoenherr, metode ekperimen adalah metode yang sesuai untuk
pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar
yang mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal.[4]
Siswa diberi kesempatan untuk menyusun
sendiri konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan
dalam kehidupannya. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan yaitu
agar siswa mampu dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang
dihadapi dengan melakukan percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih
dalam cara berfikir yang ilmiah, dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran
dan teori sesuatu yang sedang dipelajari.
Pada pelaksanaan metode eksperimen ada
beberapa yang harus diketahu sebelum metode ini diterapkan yaitu adalah sebagai
berikut:
a.
Perlu dijelaskan kepada siswa tentang
tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui
eksperimen;
b.
Memberikan penjelasan kepada siswa
tentang alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen, hal-hal yang
perlu dicatat;
c.
Selama eksperimen berlangsung guru harus
mengamati pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertannyaan yang
menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen;
d.
Setelah eksperimen selesai guru harus
mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi
dengan tes atau tanya jawab.
Pada penerapan metode
ini ternyata juga mempunyai kelebihan dan kelemahan terhadap proses
penerapnnya. Diantara Kelebihan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut:[5]
a.
Metode ini dapat membuat anak didik
lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya;
b.
Membina siswa untuk membuat
terobosanterobosan baru dengan penemuan dan hasil percobaannya dan bermanfaat
bagi manusia;
c.
Dengan metode ini akan terbina manusia
yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
sSelain
mempunyai kelebihan seperti yang tertera diatas, metode ini juga mempunyai
kelemahan di dalam penerpannya. Kekurangan Metode Eksperimen adalah sebagai
berikut:
a.
Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan
bidang-bidang ilmu dan teknologi;
b.
Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan
tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen;
c.
Metode ini menuntut ketelitian, keuletan
dan ketabahan;
d.
Setiap percobaan tidak selalu memberikan
hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di
luar jangkauan kemampuan pengendalian.
B. Metode
Simulasi
Simulasi berasal
dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”.[6] Di dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia
dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru”, sedang
simulate artinya “menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”.[7]
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu”.
Definisi simulasi dalam perspektif model
pembelajaran adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah
sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu
yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang
berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan
yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan
bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.[8] Metode
simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran kelompok.[9]
Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan
benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat
pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di
sekolah dasar.
Untuk melakukan metode simulasi ini, ada beberapa
langkah yang harus diketahui untuk menerapkan metode ini, yaitu:
a.
Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan
b.
Pelaksanaan simulasi. Pada langkah ini simulasi mulai
dimainkan dan para siswa yang tidak terlibat mengikuti dengan penuh perhatian
c.
Menetapkan pemain yang akan terlibat, peranan para
pemain serta waktu yang disediakan
d.
Persiapan Simulasi. Pada langkah ini Menetapkan topik
atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dan memberikan gambaran masalah
sesuai dengan materi yang dibahas.
e.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
f.
Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak agar
siswa terdorong untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah yang disimulasikan
Pada penerapan metode simulasi ternyata
mempunyai kelebihan dan kekurangan di dalam penerapannya. Diantara kelebihan-kelebihan
metode Simulasi itu sendiri Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan
simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
a. Simulasi
dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang
sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi
dunia kerja.
b. Simulasi
dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi
kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
c. Simulasi
dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d. pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi
sosial yang problematis.
e. Simulasi
dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Sedangkan kekurangannya di dalam
penerapan metode ini adalah:
- Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak
selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan
- Simulasi sering dijadikan sebagai alat hiburan,
sehingga tujuan pembelajaran terabaikan
- Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut
sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi
C. Metode
penemuan
Pada proses pembelajaran yang kita lihat saat
ini di beberap sekolah terlihat bahwa siswa kurang berperan aktif di dalam
pembelajaran tersebut dikarenak pada pembelajaran tersebut kurang terpusat
kepada siswa. Hal ini di karenakan guru kebanyakan menggunakan metode ceramah
tanpa adanya umpan balik kepada siswa dan membuat siswa bosan dalm pembelaran
tersebut. Sehingga pada hasilnya siswa tidak terlalu memahami apa yang
dijelaskan oleh guru dalam pembelajaran tersebut. Salah satu cara pembelajaran
agar terpusat kepada siswa adalah dengan menggunakan metode penemuan.
Menurut Bruner
menganggap bahwa belajar dengan metode penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna bagi siswa.[10]
Penemuan yang dimaksud yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan
arahan dari guru karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan
konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.
Guru memiliki
pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator yang
membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia peroleh.[11]
Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat
menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah
disediakan guru. Dengan metode ini, guru menganjurkan siswa membuat dugaan,
intuisi, dan mencobacoba. Melaluidugaan, intuisi, dan mencobacoba ini
diharapkan siswa tidak begitu saja menerima langsung konsep, prinsip, ataupun
prosedur yang telah jadi dalam kegiatan belajarmengajar matematika, akan tetapi
siswa lebih ditekankan pada aspek mencari dan menemukan konsep, prinsip,
ataupun prosedur matematika.
Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus
dapat menghubungkan ide-ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan
ide-ide tersebut, mereka dapat mempresentasikan ide tersebut melalui gambar,
grafik, simbol, ataupun kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah
dipahami. Membiasakan siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga
membiasakan siswa dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan
untuk menghasilkan suatu penemuan.
Selain itu, Borthick dan Jones (2000)
mengemukakan bahwa metode penemuan menjelaskan tentang siswa belajar untuk
mengenal suatu masalah, karakteristik dari solusi, mencari informasi yang
relevan, membangun stategi untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang
dipilih. Dengan kata lain, metode penemuan juga membiasakan siswa dalam
memecahkan masalah. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah,
diharapkan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalahakan meningkat.
Adapun
Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
- Identifikasi kebutuhan siswa;
- Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip,
pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
- Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
- Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang
dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
- Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang
diperlukan;
- Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang
akan dipecahkan;
- Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
penemuan;
- Membantu siswa dengan informasi/ data jika
diperlukan oleh siswa;
- Memimpin analisis sendiri (self analysis)
dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
- Merangsang terjadinya interaksi antara siswa
dengan siswa;
- Membantu siswa merumuskan prinsip dan
generalisasi hasil penemuannya.
Sama halnya
dengan metode-metode yang lain, metode penemuan ini juga mempunyai kelebihan
dan kekurangannya. Diantara kelebihan atau keunggulan dari metode penemuan ini
adalah:[12]
a. siswa aktif
dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk
menemukan hasil akhir.
b. siswa
memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
c. menemukan
sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan
penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
d. siswa yang
memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya
ke berbagai konteks.
e. metode ini
melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Sedangkan kelemahan atau kekurangan
dari metode ini adalah:
a. Metode ini
berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang
kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan
akan timbulnya kegiatan diskusi.
b. Metode ini
tidak efisien untuk mengajar jumla.h siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah
lainnya.
c. Harapan-harapan
yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru
yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery lebih
cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep,
keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e. Pada
beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan
yang dikemukakan oleh para siswa.
f. Tidak
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan ditemukan oleh siswa
telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dab proses penemuannya adalah dengan
bimbingan guru[13].
SUMBER
PUSTAKA
TA’DIB, Vol. XVIII, No. 01, Edisi Juni
2013
Jurnal Pendidikan Profesional, VOLUME 4,
NO. 3, DESEMBER 2015
Jurnal Edukasi UNEJ 2014, I (1): 27-31
Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 2. No. 1
ISSN:2355-6358
Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13
No. 2 Oktober 2012
[1] Masyhud, H. M. S. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan. Jember: Lembaga Pengembangan Manajemen dan Profesi
Kependidikan (LPMPK).
[2] Syaiful Bahri Djamarah, (2002)
[3] Roestiyah (2001:80)
[4] Palendeng: 2003
[5] Djamarah (2002)
[6] Desy Anwar, 2003: 443
[7] Echols dan Shadily, 2007
[8] Udin Syaefudin Sa’ud, 2007
[9] Sri Anitah dkk (2007
[10] Dahar, 1996
[11] Abel dan Smith, 1994.
[12] Suherman,
dkk (2001: 179)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar