Sabtu, 08 April 2017

metode ekperimen, simulasi dan penemuan

“PENERAPAN METODE EKSPERIMEN, SIMULASI, DAN PENEMUAN”
A.      Metode eksperimen
Pada umumnya metode pembelajaran di sekolah cenderung bersifat Teacher Oriented yaitu pembelajaran terhadap sekolah semakin berkembang pula, sebab fungsi sekolah sejak dahulu telah dijadikan masyarakat sebagai “agent of change” dan “agent of modernization”[1]. Hal demikian itu membawa implikasi tuntutan bagi guru untuk senantiasa mengembangkan materi pengajaran dan metode mengajarnya agar dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang berkembang tersebut.
Pada suatu penelitian ditemukan hasil bahwa aktivitas siswa di dalam proses belajar sangat rendah. Hanya terdapat 3 hingga 4 orang siswa yang terlihat aktif di dalam kelas. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan yang di sebabkan kurangnya keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran tersebut sehingga mengakibatkan kurangnya rasa ingin tahu siswa tersebut terhdaap materi yang diajarkan. Untuk menggali rasa ingin tahu siswa, salah satu cara yang ditempuh adalah dengan menerapkan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Eksperimen tidak hanya mampu menumbuhkan rasa ingin tahu siswa, tetapi juga mampu menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah sehingga hasil dari eksperimen dapat diterima sebagai produk ilmiah sedangkan langkah-langkah dalam pelaksanaannya sebagai proses ilmiah.
Metode eksperimen merupakan suatu upaya melakukan kegiatan percobaan terhadap suatu objek dengan demikian siswa akan menemukan sendiri konsep tentang percobaannya sehingga mereka akan merasa puas dengan hasil yang mereka peroleh dari kegiatan pembelajaran tersebut.
Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian dari metode eksperimen tersebut.  Menurut Syaiful Bahri Djamarah, Metode Eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan.[2] Dengan demikian siswa mendapatkan kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang diperoleh langsung dapat tertanam lebih lama dalam ingatan siswa. Menurut Roestiyah, Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.[3] Sedangkan menurut Schoenherr, metode ekperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal.[4]
   Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Penggunaan metode eksperimen ini mempunyai tujuan yaitu agar siswa mampu dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan yang dihadapi dengan melakukan percobaan sendiri. Selain itu siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah, dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dan teori sesuatu yang sedang dipelajari.
  Pada pelaksanaan metode eksperimen ada beberapa yang harus diketahu sebelum metode ini diterapkan yaitu adalah sebagai berikut:
a.         Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen;
b.        Memberikan penjelasan kepada siswa tentang alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat;
c.         Selama eksperimen berlangsung guru harus mengamati pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertannyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen;
d.        Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Pada penerapan metode ini ternyata juga mempunyai kelebihan dan kelemahan terhadap proses penerapnnya. Diantara Kelebihan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut:[5]
a.         Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya;
b.        Membina siswa untuk membuat terobosanterobosan baru dengan penemuan dan hasil percobaannya dan bermanfaat bagi manusia;
c.         Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
sSelain mempunyai kelebihan seperti yang tertera diatas, metode ini juga mempunyai kelemahan di dalam penerpannya. Kekurangan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut:
a.         Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi;
b.        Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen;
c.         Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan;
d.        Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan pengendalian.

B.       Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”.[6]  Di dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia dinyatakan bahwa simulate adalah “pekerjaan tiruan atau meniru”, sedang simulate artinya “menirukan, pura-pura atau berbuat seolah-olah”.[7] Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu”.
   Definisi simulasi dalam perspektif model pembelajaran adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.[8] Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.[9] Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
   Untuk melakukan metode simulasi ini, ada beberapa langkah yang harus diketahui untuk menerapkan metode ini, yaitu:
a.       Guru memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan
b.       Pelaksanaan simulasi. Pada langkah ini simulasi mulai dimainkan dan para siswa yang tidak terlibat mengikuti dengan penuh perhatian
c.        Menetapkan pemain yang akan terlibat, peranan para pemain serta waktu yang disediakan
d.       Persiapan Simulasi. Pada langkah ini Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai dan memberikan gambaran masalah sesuai dengan materi yang dibahas.
e.        Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
f.        Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak agar siswa terdorong untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah yang disimulasikan

    Pada penerapan metode simulasi ternyata mempunyai kelebihan dan kekurangan di dalam penerapannya. Diantara kelebihan-kelebihan metode Simulasi itu sendiri Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
a.    Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
b.    Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
c.    Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d.   pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
e.    Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Sedangkan kekurangannya di dalam penerapan metode ini adalah:
  1. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan
  2. Simulasi sering dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran terabaikan
  3. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi

C.       Metode penemuan
 Pada proses pembelajaran yang kita lihat saat ini di beberap sekolah terlihat bahwa siswa kurang berperan aktif di dalam pembelajaran tersebut dikarenak pada pembelajaran tersebut kurang terpusat kepada siswa. Hal ini di karenakan guru kebanyakan menggunakan metode ceramah tanpa adanya umpan balik kepada siswa dan membuat siswa bosan dalm pembelaran tersebut. Sehingga pada hasilnya siswa tidak terlalu memahami apa yang dijelaskan oleh guru dalam pembelajaran tersebut. Salah satu cara pembelajaran agar terpusat kepada siswa adalah dengan menggunakan metode penemuan.
Menurut Bruner menganggap bahwa belajar dengan metode penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi siswa.[10] Penemuan yang dimaksud yaitu siswa menemukan konsep melalui bimbingan dan arahan dari guru karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu.
Guru memiliki pengaruh yang paling penting terhadap kemajuan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam metode penemuan terbimbing, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang sedang ia peroleh.[11] Siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur berdasarkan bahan ajar yang telah disediakan guru. Dengan metode ini, guru menganjurkan siswa membuat dugaan, intuisi, dan mencobacoba. Melaluidugaan, intuisi, dan mencobacoba ini diharapkan siswa tidak begitu saja menerima langsung konsep, prinsip, ataupun prosedur yang telah jadi dalam kegiatan belajarmengajar matematika, akan tetapi siswa lebih ditekankan pada aspek mencari dan menemukan konsep, prinsip, ataupun prosedur matematika.
 Untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapat menghubungkan ide-ide matematis yang mereka miliki. Untuk menghubungkan ide-ide tersebut, mereka dapat mempresentasikan ide tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun kata-kata sehingga menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami. Membiasakan siswa dengan belajar penemuan, secara tidak langsung juga membiasakan siswa dalam merepresentasikan informasi, data, ataupun pengetahuan untuk menghasilkan suatu penemuan.
  Selain itu, Borthick dan Jones (2000) mengemukakan bahwa metode penemuan menjelaskan tentang siswa belajar untuk mengenal suatu masalah, karakteristik dari solusi, mencari informasi yang relevan, membangun stategi untuk mencari solusi, dan melaksanakan strategi yang dipilih. Dengan kata lain, metode penemuan juga membiasakan siswa dalam memecahkan masalah. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah, diharapkan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalahakan meningkat.
Adapun Langkah-langkah pembelajaran discovery adalah sebagai berikut:
  1. Identifikasi kebutuhan siswa;
  2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan;
  3. Seleksi bahan, problema/ tugas-tugas;
  4. Membantu dan memperjelas tugas/ problema yang dihadapi siswa serta peranan masing-masing siswa;
  5. Mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan;
  6. Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan;
  7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan;
  8. Membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh siswa;
  9. Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah;
  10. Merangsang terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa;
  11. Membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil penemuannya.

Sama halnya dengan metode-metode yang lain, metode penemuan ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Diantara kelebihan atau keunggulan dari metode penemuan ini adalah:[12]
a.    siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
b.    siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya.
c.    menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
d.   siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
e.    metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Sedangkan kelemahan atau kekurangan dari metode ini adalah:
a.    Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di pihak lain justru menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.
b.    Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumla.h siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c.    Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
d.   Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e.    Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa.
f.     Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir yang akan ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dab proses penemuannya adalah dengan bimbingan guru[13].




SUMBER PUSTAKA
TA’DIB, Vol. XVIII, No. 01, Edisi Juni 2013

Jurnal Pendidikan Profesional, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015

Jurnal Edukasi UNEJ 2014, I (1): 27-31

Jurnal Ilmiah IKIP Mataram Vol. 2. No. 1 ISSN:2355-6358

Jurnal Penelitian Pendidikan | Vol. 13 No. 2 Oktober 2012









































[1] Masyhud, H. M. S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jember: Lembaga Pengembangan Manajemen dan Profesi Kependidikan (LPMPK).
[2] Syaiful Bahri Djamarah, (2002)
[3] Roestiyah (2001:80)
[4] Palendeng: 2003
[5] Djamarah (2002)
[6] Desy Anwar, 2003: 443
[7] Echols dan Shadily, 2007
[8] Udin Syaefudin Sa’ud, 2007
[9] Sri Anitah dkk (2007
[10] Dahar, 1996
[11] Abel dan Smith, 1994.
[12] Suherman, dkk (2001: 179) 
[13] Hamalik, 1986: 122

Tidak ada komentar:

Posting Komentar